Sunday, August 30, 2020

Sadino's Monologue #7



El, pernahkah kamu merasa cemburu? 

Manusia itu cemburu karena serakah, dan keserakahan itu muncul saat sekumpulan manusia berlomba untuk mendapatkan keamanan. Mereka saling mencakar, menjambak, hingga satu orang terpilih sebagai pemenang. Dalam kata lain, pembunuh. 

Tidak, aku tidak cemburu, El. Hanya saja, orang-orang ini tak punya otak. Mimpi mereka terlalu tinggi, padahal pola pikir mereka tak pernah berpindah tempat. 

Aku sering mendengar mereka bergumam. Mereka berusaha memberikan solusi, padahal mereka hanya mengeluh dengan mengemas "solusi" yang tidak solutif. 

Untuk apa mereka membuang waktu untuk berbagi derita? Lebih baik, orang-orang ini mati saja. Kenapa mereka berpikir diri mereka mampu mendidik orang lain? Padahal, mereka tidak pernah mengakui akan kehadiran seorang guru. 

Aku pernah memandangi diriku di cermin selama lebih dari tiga jam. Aku mengasihani diriku yang berpeluh demi bahagiaku. Serumit inikah perjuangan manusia untuk menjadi sosok yang "normal"? 

Rasanya, aku ingin mengutuk manusia yang tak punya watak. Aku benci manusia yang terus membodohi dirinya sendiri. 

Manusia itu harus tahu diri. Manusia adalah konseptor terhebat di muka Bumi. Tapi, kenapa manusia kerap memilih hal-hal di luar kompetensi? 

Mungkin bagi mereka, hal itu menyenangkan. Aku akui, hal itu memang menyenangkan. Dan cara mereka untuk meraih eksistensi lewat pola pikir yang pendek adalah tayangan favoritku dalam beberapa tahun terakhir. 

Manusia bebas untuk memilih. Kenapa mempersulit diri sendiri dengan sebuah abstraksi?

No comments:

Post a Comment