Sunday, November 29, 2015

Let Go.

Kita,
Hidup di dunia berbeda.
Kita,
Adalah dua hati yang tidak akan pernah menjadi satu.

Aku,
Hanyalah seorang perempuan yang tidak tahu diri.
Tidak tahu arah,
Dan tidak mau mengerti keadaan.

Kamu,
Kamu pria yang memegang janjimu pada dunia.
Kamu telah menghapus semua noda di kenanganmu.
Dan kamu percaya bahwa doa bukanlah jawaban.

Aku,
Kamu,
Tenggelam di laut yang sama.
Namun kita, mengambil napas di tempat yang berbeda.
  
Pintaku,
Tinggalkan hatiku disini.
Lihat aku sebagai memori,
Sekarang, kau lihat dia.
  
Berlarilah,
Genggam erat harapannya,
Peluk erat tubuhnya,
Dan hancurkan aku sesukamu.   

Thursday, October 29, 2015

Anissa.

Aku menghormati mereka yang penuh dendam.
Aku mengakhiri penderitaan mereka yang menghancurkan langitku.
Aku melupakan mereka yang kerap berkhianat.
Aku adalah fatamorgana.

Aku adalah wanita yang kau anggap bisu.
Aku adalah wanita yang kau pukul dengan tangan kosong.
Aku adalah wanita yang kau tinggalkan saat kau genggam bahagiamu.
Aku adalah wanita yang sudi untuk berdarah untukmu.

Aku adalah cinta yang di lebur dalam doa.
Aku adalah isak tangis yang kau paksa untuk berhenti.
Aku adalah rumput yang kau injak.
Aku adalah musik yang selalu kau dengar.

Aku adalah wanita yang bernyanyi dengan semesta.
Aku adalah wanita yang berjalan melewati kabut di kala senja.
Aku adalah wanita yang mencintai air.
Aku adalah wanita yang menyalakan api di malam hari.

Aku adalah rasa yang kau rindukan.
Aku adalah rasa benci yang tak ingin kau akui.
Aku adalah rasa bahagia yang kau nikmati.
Karena aku adalah Drupadi.

Anggia.

Aku adalah kelopak bunga di lantai dansa.
Aku adalah udara yang kau hirup.
Aku adalah asap di dalam kepalamu.
Aku adalah tubuh yang kau konsumsi.

Aku tercipta dari ribuan doa ibuku di masa lalu.
Aku adalah bayi yang diharapkan oleh ayahku.
Aku adalah bentuk bahagia kalian.
Aku adalah torehan luka di sekujur tubuhmu.

Aku adalah rahasia yang kau bungkam.
Aku adalah cahaya dalam kegelapan malam.
Aku adalah misteri,
Yang tak akan bisa kau pecahkan sampai mati.

Sadino.

Aku adalah mimpi yang kau inginkan.
Aku adalah imajinasi yang dibuat dengan ribuan warna.
Aku adalah tubuh yang rindukan.
Aku adalah bunga tidurmu malam ini.

Aku adalah kenangan yang kau hancurkan.
Aku adalah harapan yang kau palsukan.
Aku adalah darah yang mengalir tanpa arah.
Aku adalah sebuah kejutan tiap kau membuka mata.

Aku adalah air mata yang membeku.
Aku adalah pohon yang berumur ribuan tahun.
Aku adalah seekor burung elang di dalam sangkar.
Aku adalah kehidupan.

Alligator.

Lihat aku.
Pandang mataku yang kau anggap buta ini.
Aku mati rasa,
Tapi tidak merasa kehilangan.

Genggam tanganku.
Genggam hinggu jemariku membiru.
Aku kecewa.
Aku marah.

Hentikan air mata buayamu.
Kau bukan binatang buas.
Ingat akan rasa sakit hati yang pernah kau alami.
Kau butuh waktu.

Jangan mengelak lagi.
Aku bosan.
Jangan hapus cerita yang baru saja kau tulis,
Karena belasan mata telah memandangmu tajam sejak kemarin.

Their Hearts Distance A Lot.

Aku dan kamu sama.
Sama-sama berdiri angkuh menantang dunia,
Sama-sama menelan ludah kala terpana,
Dan tidur di bawah langit yang sama.

Yang membedakan?
Cita-cita kita.
Cinta kita.
Dan rumah kita.

Kau kerap mengutuk udara yang kau hirup.
Mencerna permintaan maaf orang lain,
Menghasut dirimu sendiri akan kebencianmu terhadap kenyataan,
Dan merobek nadi-nadi yang berdetak lebih kencang dari nadimu sendiri.

Aku?
Mencoba berjalan lebih cepat untuk menangkap waktu,
Mencoba untuk menerima hal yang tak bisa ku terima,
Dan menghitung derap langkah mereka yang mengejarku.

Bukan itu yang kita cari.
Bukan itu yang kita butuhkan.
Kita butuh ruang,
Karena aku dan kamu saling membutuhkan.

Thursday, July 30, 2015

Draupadī.

Ia melenggang ke tepi sungai dengan anggun,
Membasuh wajahnya, meminumnya,
Dan ia memejamkan matanya,
Meyakinkan dirinya bahwa ia adalah seorang ratu.

Ia berjalan mencari mimpinya yang terkubur dibawah tanah,
Memejamkan mata, memainkan rambut hitamnya yang panjang,
Lalu ia berhenti dengan mata tertutup,
Meyakinkan dirinya bahwa ia kini seorang raja.

Ia membuka mata dan berteriak.
Ia menangis dan menjatuhkan dirinya diatas bebatuan tajam.
Semua mata tertuju padanya,
Bertanya-tanya akan apa yang terjadi padanya.

Ia berdiri dan tersenyum.
Ia kembali berjalan dengan luka di sekujur tubuhnya.
Ia menoleh ke belakang, dan berkata,
"Karena aku adalah Drupadi".

Atonement.

Angin mendesah menyampaikan sebuah cerita,
Cerita akan raga yang tak pernah mati,
Norma dan logika yang tak pernah bersatu,
Dan cinta yang dikebumikan dengan rasa hormat.

Perjalananku penuh dengan benci.
Penuh dengan derita,
Dengan doa-doa yang menghujam jantung.
Aku pulang untuk memaafkan diriku sendiri.

Lepaskan aku.
Biarkan darahku mengalir bebas ke samudra.
Biarkan aku terbakar.
Biarkan aku sendiri.

Friday, July 10, 2015

Ehyeh Asher Ehyeh.

Cari aku di dalam gugusan bintang di langit.
Temukan aku yang sedang berdiri tegak di sana.
Pandang aku seperti kau memandang lukisan Ibumu.
Dengarkan aku seperti kau mendengarkan suara hujan di pagi hari.

Pelajari aku lebih dalam.
Cobalah mengerti.
Apakah aku,
Dan siapakah aku.

Aku bukan boneka usang.
Aku bukan perhiasan.
Aku adalah sebuah cerita.
Aku adalah aku.

Pergilah jika kau tidak ingin memandangku.
Tinggalkan tanah tempatku lahir,
Tinggalkan tanah tempatku berpijak.
Kau bukan tandinganku.

Before The Worst.

Yang kau dengar sekarang,
Adalah nyanyian dari mulut seorang wanita yang sedang kecewa.
Yang kau lihat sekarang,
Adalah wajahnya yang penuh luka dan air mata.

Wanita yang tersakiti itu adalah aku.
Aku yang penuh dengan luka dalam,
Aku yang penuh akan pertanyaan,
Aku yang berdarah.

Aku tidak memintamu untuk mengerti.
Aku juga tidak memintamu untuk memohon.
Aku hanya ingin dirindukan seperti layaknya manusia,
Seperti kau merindukan masa lalumu.

Mengapa?
Karena kita adalah kerang di laut dalam.
Karena kita adalah angin di kala senja.
Karena kita adalah angka satu yang tak akan berubah jadi dua.

Thursday, July 9, 2015

Going Under.

Ini adalah ruang waktu.
Penuh dengan air mata yang terbuat dari plastik,
Dan burung kertas berwarna hitam.
Ini adalah isi kepalaku.

Malam bisu penuh doa,
Adalah jiwaku yang bersatu dengan semesta.
Hembusan nafas seekor serigala terdengar dari jauh,
Membawa sebuah cerita yang tidak ingin kau dengar.

Seekor anjing tahu kalau mereka munafik,
Seekor burung tahu kalau mereka sedang berbohong.
Karena mereka adalah saksi,
Akan kebodohan  mahakarya Tuhan yang paling sempurna.

Apa itu?
Suara apa itu?
Apakah suara itu berasal dari detak jantungmu?
Kau takut?

Suatu hari kau akan dibakar oleh matahari.
Suatu hari akan dihukum oleh badai yang mengamuk.
Suatu hari kau akan tertidur diantara akar-akar pohon yang tamak.
Kau akan berdarah tanpa meminta ampun.

Rot.

Jangan tanyakan apa yang terjadi,
Jika kau tahu kalau kau adalah alasannya.
Jangan salahkan aku,
Jika kau tahu aku pasti menyalahkanmu.

Aku haus akan kebohongan-kebohonganmu yang liar.
Aku tidak sabar melihat kau terbakar kesalahanmu.
Aku ingin menangisi penyesalanmu,
Aku bahagia dalam diam.

Lihat aku.
Lihat mataku yang terkoyak ini.
Perlukah alasan?
Perlukah aku menghina?

Wajahmu membiru,
Akan seribu jarum yang tertancap di jantungmu.
Lebam pada tubuhmu,
Adalah bukti kebodohanmu.

Unforgivable.

Entah sejak kapan,
Gemini berjalan dengan angkuhnya,
Menyusuri sungai yang mengalir anggun,
Melewatiku.

Entah sejak kapan,
Gemini tak lagi menatapku.
Ia berdiri tegak menantang dunia,
Dan melupakan cerita yang telah kami buat.

Tiga tahun.
Tiga tahun kami melewati rasa benci yang tertanam pada diri kami.
Tiga tahun kami buang jauh-jauh rasa sakit.
Dan kini, semua hilang.

Gemini berlari ke arah sebuah jurang,
Tanpa air mata,
Tanpa cinta,
Ia melompat, berharap terbang tinggi.

Gemini jatuh,
Ke dalam ketakutan yang ia simpan selama ini.
Gemini hancur,
Bersama ketidakpeduliannya.

Gemini lupa.
Ia lupa untuk meminta tolong.
Ia tidak ingin diselamatkan.
Ia ingin mati bersama kesalahannya.

Aku tidak akan menyelamatkan Gemini.
Aku hidup untuk diriku.
Aku hidup untuk Tuhanku.
Aku hidup untuk menebus dosaku.

Sleeping Earth.

Seribu hari mataku terbuka,
Cukup lebar untuk menantang dunia,
Dengan tubuh dibalut cinta,
Aku mendengar suaramu di antara pepohonan.

Udara dingin tak bertuan,
Mengirim pesan yang tak kasat mata,
Akan tawa dan air matamu,
Yang tidak akan pernah aku lupakan.

Aku bernyanyi bersama semesta,
Nyanyianku, nyanyian hujan,
Kau berdiri di sana, bertekuk lutut,
Menghancurkanku dari jauh.

Tiga ekor elang dan butiran embun,
Bersatu membuat cerita,
Tentang manusia yang mengatasnamakan alam,
Untuk membela dirinya yang selalu benar.

Walau aliran sungai terlihat jelas di matamu,
Walau mataku selalu mencarimu di antara ribuan orang yang sedang berdoa,
Walau dunia tak mau memberiku waktu,
Namamu tetap ada dalam jiwa.


Repost from: http://lifeisasuicidemission.blogspot.com/2015/07/sleeping-earth.html

My Love For Gaza.

Dari satu ibu kami berdua menarik nafas,
Membuka lebar kedua mata,
Menyaksikan saudara kami dilahap rasa benci berupa api,
Dan hancur tanpa nama.

Ledakan demi ledakan menyayat keberanian saudara-saudara kami,
Nyawa mereka hanya untuk balas dendam,
Untuk ego yang tidak akan pernah padam,
Untuk lautan tubuh penuh debu dan darah.

Perlukah alasan?
Perlukah pertumpahan darah?
Air mataku untuk Gaza,
Tidak akan pernah mengering.

Biarkan anak-anak kami bernafas dan melihat indahnya perdamaian,
Biarkan para lelaki memimpin keluarganya,
Biarkan para ibu menebar cinta,
Biarkan saudara-saudara kami hidup.

Peluru bukan jawaban untuk memenuhi keinginanmu.
Hentikan sumpah serapahmu,
Dan penuhi langit dengan doa dari agamamu,
Kumohon, jangan leburkan tanah bumiku.

Jangan pernah tutup matamu dengan kebencian.
Cintaku untuk Palestina,
Cintaku untuk Israel,
Saudara-saudaraku, bertahanlah.


Repost from: http://lifeisasuicidemission.blogspot.com/2014/07/my-love-for-gaza.html