Wednesday, December 28, 2022

Sadino's Monologue #31



El,
aku pikir,
manusia terlalu banyak membuang waktu untuk mengunjingkan hal-hal yang tidak penting. 


Manusia gemar mencampuri urusan orang lain. Manusia gemar meninju mimpi orang lain, meratakannya dengan tanah, menjadikannya gersang, dan tak bersisa. 

Manusia bergerak untuk mencari kebahagiaan mereka sendiri. Kenapa manusia kerap memusingkan diri mereka dengan hal-hal yang tak sesuai dengan keinginan mereka? Toh, melupakan atau meninggalkan hal-hal yang merugikan cukup mudah untuk dilakukan. 

Sayangnya, manusia gemar berkubang dengan dosa mereka sendiri. Hal-hal yang tak nyaman dianggap tabu. Bagi beberapa orang, tak ada yang lumrah di dunia ini dan itu pemikiran yang bodoh. 

Apa sulitnya untuk memercayai manusia lain akan apa yang mereka lakukan? Beberapa manusia memilih memalingkan wajah mereka dari kenyataan yang ada, dan itu hanya memperburuk keadaan. 

El, jauh di dalam lubuk hatiku, aku menuntut keadilan. Kesabaranku punya batas. Jika kau bilang imanku tak berbatas, pertanyaan utamanya adalah, sekuat apa imanku? Apakah aku mampu menahan diri untuk tidak gantung diri? 

Kelihatannya, aku terlalu sering berhadapan dengan orang gila. Mereka yang tak punya otak seharusnya tak perlu diladeni. Aku hanya menertawakan mereka dalam hati. Tapi, sampai kapan aku bisa menahan ledakan bom waktu di dalam dadaku? 

Butuh waktu untuk mencapai tahap itu. Butuh luka, dan aku harus terluka. Aku harus rela ditusuk dengan belati berulang kali di tempat yang sama. 

Ada dua cara. Menghindar dan pergi dari situ, atau menggagahi mereka yang suka melukai orang lain. Tapi, aku bukan orang jahat, El. Mungkin, aku bisa lebih jahat dari mereka dengan memanipulasi keadaan. Entah kenapa, rasanya enggan. 

Teruntuk manusia-manusia tak berakal, majulah ke medan perang. Jika kalian terus bersembunyi di belakang perisai-perisai tak kasat mata itu, jilatlah ludah kalian sendiri sebelum mata kalian dibutakan oleh debu. Kalian hanya mengotori bumiku.