Wednesday, August 12, 2020

Sadino's Monologue #5



Aku akui, aku ini memang banyak bicara, El.
Tapi, dunia semakin gila, El, dan itu terbukti. 


Aku baru saja membaca sebuah pesan yang tidak singkat. Inti dari isi pesan tersebut, orang-orang ini memaksa mereka bergerak sampai jantung mereka tak lagi mampu memompa darah ke seluruh tubuh.

Orang-orang ini memaksa mereka untuk mati, El. Aku pikir, manusia akan saling membutuhkan satu sama lain. Pertanyaanku, di mana keseimbangan itu sekarang? 

Aku benci tindakan yang otoriter, El. Kalau kemampuan otak mereka berada di atas rata-rata, mungkin aku akan bungkam. Tapi, kalau otak mereka lebih banyak bekerja untuk kepentingan diri sendiri dan mencari keamanan, izinkan aku untuk meninju wajah mereka.
 
Tidak masalah jika kekuasaan dijunjung tinggi untuk mendapatkan kepuasaan bersama. Tidak masalah jika sang pencetus pernah hidup di bawah angka nol. Tapi, ini berlebihan. 

Lagi-lagi, aku membahas sistem di sini, El. Ah, persetan dengan sebuah sistem. Karena pada akhirnya, mereka yang ahli bersilat lidah akan keluar sebagai pemenang. 

Mampukah manusia berpikir normal meski waktu akan terus mengejar? Tekanan memang tidak mengenal waktu, tapi sampai kapan orang-orang ini membentengi diri mereka dengan keihklasan yang sebenarnya tidak nyata? 

Semua orang gemar membicarakan orang lain. Itu wajar, dan aku mengakuinya. Aku pun salah satunya, dan aku sedang melakukannya sekarang. Tapi, apakah efektivitas sebuah kalimat yang diperpanjang dengan angan-angan dan harapan akan kejatuhan sebuah jiwa, mampu mengubah cara pandang manusia? Tidak, 'kan? 

Apa salahnya untuk bersuara? Itu lebih baik daripada mencari akar masalah. Tidak penting siapa yang berbuat lebih dulu, karena menurutku, menunjuk seseorang tepat di hadapan wajahnya jauh lebih baik daripada mengigau akan kebodohannya. 

Inikah yang namanya lingkaran setan, El? Apakah aku hidup di dalamnya? Apakah selama ini aku berdamai dengan kejahatan? Ini adalah momok yang sangat ganas, El. 

Aku tidak mau jadi pecandu sebuah omong kosong, El. Keluargaku yang satu ini hidup bergelimang dosa, dan aku ingin mencoret namaku dari silsilah mereka. Aku tidak mau diperbudak. 

Iya, El, aku tahu semua orang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, tidak dengan aku, El. Manusia lahir dari seorang ibu yang terhormat, dan aku tidak ingin darahku mengalir dalam kepalsuan. 


Aku lelah, El. Manusia benar-benar tamak. 

No comments:

Post a Comment