Thursday, February 22, 2018

Devdas.

Mungkin,
Aku terlalu lama berjalan sendiri,
Sampai aku tak menyadari,
Kedua tangannya telah meraih bahuku dari belakang.

Mungkin,
Aku terlalu teguh memegang pendirianku.
Karena di saat Devdas berdiri di depanku,
Aku hanya melihat bayangannya saja.

Aku diburu oleh Devdas,
Diselimuti ketakutan akan keheningan malam,
Dibalut rasa bersalah,
Dan dibiarkan terkapar tanpa suara.

Hanya Devdas,
Yang bisa membangkitkan gairah perangku.
Hanya Devdas,
Yang mampu membuatku bertahan hingga detik ini.

Aku terlalu khawatir akan kehadiran Devdas yang tak kenal ampun.
Aku terlalu rindu akan kegigihan Devdas yang tak mengenal norma.
Aku hanyalah wadah bagi Devdas,
Untuk menuntaskan hasratnya yang tertahan selama ini.

Tiga belas tahun aku hidup dengan Devdas,
Tapi aku tak pernah menyadari apa yang telah dia korbankan selama ini.
Kami hidup berdampingan,
Tapi aku tidak pernah tahu apa yang Devdas butuhkan.

Aku hanya memacu jantungnya agar bekerja lebih keras setiap hari.
Aku hanya menelantarkan angannya yang berharga.
Aku hanya membuat remuk hatinya.
Aku tidak tahu, benar-benar tidak tahu.

Mungkin,
Ini yang disebut karma,
Yang melekat dengan hebat di sanubariku,
Yang menoreh luka secara konsisten dengan sempurna.

Saturday, February 10, 2018

Atmadeva.

Atmadeva,
Selesai sudah perjalananmu.
Kau tak perlu takut untuk melangkah,
Kau tak perlu takut untuk bicara.

Kau tidak membutuhkan waktu lama untuk bergerak.
Selama ini, kau hanya mengigau,
Memikirkan hal-hal yang tak lazim,
Dan berkutat dengan ketakutanmu.

Sekarang, sayapmu terbentang lebar,
Kau siap untuk menjadi dewasa,
Kau siap untuk melihat lebih jauh,
Kau adalah manusia seutuhnya.

Dan aku di sini,
Duduk termangu,
Mencari jalan pintas,
Berusaha melarikan diri.

Aku tidak bisa berkawan dengan kepergian.
Aku tidak mudah untuk melepaskan.
Aku selalu menghindar,
Aku selalu tidak terima.

Sebut aku lemah,
Karena aku memang begitu.
Sebut aku egois,
Karena manusia punya rasa.

Bodoh, memang, 
Karena aku menganggapmu lebih.
Atmadeva yang polos,
Atmadeva yang kesepian.

Satu hal, Atmadeva,
Aku sedang patah hati.
Dan ini elegi,
Yang tak akan aku bawa mati.