Saturday, January 19, 2019

Kasatka.

Kasatka adalah ibu tak beranak.
Dia adalah seorang betina yang kuat,
seorang penyintas bertubuh besi,
dan seorang tawanan yang tak dihargai.

Mereka mengurungnya dalam sebuah ruangan penuh air.
Dia kerap berpeluh karena sulit untuk bernapas.
Dia kerap menyiksa dirinya untuk mendapat pertolongan.
Tapi, Kasatka tak pernah menyesalinya.

Satu kesalahan terbesar Kasatka,
dia tak pernah melawan.
Dia memilih untuk berkubang dengan ketakutan dan kebenciannya.
Kasatka melakukannya agar dia tetap hidup.

Kasatka tak bisa lari.
Dia tak punya tempat untuk pergi.
Kasatka terlalu lama berada di dalam air,
Kasatka terlalu lama berdiri sendiri.

Kasatka sadar dia diracun untuk tetap hidup.
Tapi, dia tetap berusaha agar pembuluh darahnya mengering.
Dia membiarkan isi kepalanya saling menabrak,
membuat luka yang tak akan bisa disembuhkan oleh doa.

Kasatka punya harapan.
Kasatka berharap agar dia memenangkan pertandingan itu.
Sebuah pergulatan batin yang tak akan pernah berakhir,
layaknya irama kematian yang datang tanpa diundang.

Sampai akhirnya, tubuhnya membiru dengan sendirinya.
Matanya tak lagi mampu untuk melihat.
Kedua tangan dan kakinya hancur karena selalu digunakan.
Mulutnya berdarah karena tak pernah bicara.

Kasatka adalah seorang juara.
Dia mati dengan cara yang dia inginkan.
Dia mati tanpa perlu dikenang.
Dia hidup untuk menghormati kesengsaraan jenisnya.

Kasatka adalah makhluk tak bertuan,
Tak menyembah, tapi disembah,
Tanpa dipaksa, tanpa paksaan.
Kasatka adalah cinta yang tak perlu direngkuh.