Saturday, October 29, 2016

Beatrix.

Ia bebani hidupnya dengan hati yang beku.
Ia tidak akan melihat ke belakang.
Ini adalah jalan yang ia pilih,
Ini adalah hidupnya.

Pikirannya berkecamuk.
 "Apakah aku benar?",
"Berapa banyak kepala yang harus kutebas demi kehidupan?",
"Berapa banyak darah yang telah kubiarkan mengalir sia-sia?"

Ia hanya menjaga orang-orang yang ia cintai.
Demi mereka,
Ia jahit hatinya,
Hingga kebal terhadap rasa.

Beatrix kerap memenangi peperangan.
Antara dirinya, maupun dunia.
Dengan pedang dalam genggamannya,
Ia bersumpah untuk hidup demi melihat takdirnya.

 Walau ia tidak memiliki tempat untuk mengadu,
 Ia cukup bijak untuk menilai apa yang telah ia lakukan.
Ia dididik untuk tidak kenal takut,
Ia dididik untuk menjadi sosok yang acuh tak acuh pada lingkungannya.

Ia menutup mata dan bertanya pada hatinya,
"Siapa kamu?",
Namun tak ada yang menjawab.
Dan Beatrix sendiri tidak bisa menjawabnya.