Monday, August 28, 2017

Gending Sriwijaya.

Coba kamu ingat lagi,
Saat suara memecah langit merah di kala senja,
Aku termenung memikirkan sebuah jiwa,
Dia, yang meninggalkan luka.

Lukaku terbuka,
Angkuh menantang dunia.
Hati kami saling menggenggam,
Dan hitung mundur pun dimulai.

Tiga.
Aku merasa sengal.
Mengingat waktu yang tak akan terulang,
Memilin ingatan yang mulai hilang,
Dibekuk rasa, menuai resah.

Dua.
Aku rindu,
Akan sosok yang tak berwatak,
Dia yang membatin dalam keraguan,
Demi jantung yang mendadak berhenti berdetak.

Satu.
Jemari yang gemetar,
Menulis sebuah fenomena,
Demi humus yang kian menghitam,
Demi kerinduan akan sebuah zaman.

Jangan terpaku dengan mata angin, katanya.
Jangan menghirup api.
Ini laguku, Gending Sriwijaya,
Untuk rezim yang tak akan pernah stabil.

Sunday, August 20, 2017

Gala.

Manusia itu selalu berbohong.
Agar merasa aman,
Agar tidak dihujat,
Agar terlihat kuat.

Manusia adalah mangsa yang mudah untuk diterkam.
Peluk dia,
Selimuti dia dengan cinta,
Dan tusuk dia dengan perlahan.

Dia, kamu, kita,
Semua sama.
Kebencian telah menyatu dalam darah,
Menolak lupa, menolak sadar.

Semesta sedang memandangmu.
Kamu yang sedang berlagu,
Kamu yang kebingungan,
Kamu yang sedang merobek luka lamamu.

Kamu tahu?
Kamu akan jatuh membentur tanah,
Karena mencintai aku yang fana,
Aku yang miskin rasa.

Rasakan jemarimu,
Dingin, membiru,
Pulanglah,
Mimpimu menunggu.