Saturday, September 9, 2017

Dursasana.

Singkat cerita,
Dursasana adalah seorang pendendam.
Alasannya, karena dunia butuh keadilan,
Karena manusia tidak pernah salah.

Ia terpaku pada sebuah aturan,
Yang dibuat untuk dihancurkan.
Dengan gelisah,
Ia menyebut nama-nama yang pernah membuka lukanya.

Dursasana mencoba mengingat,
Akan wajah Drupadi, cinta lamanya.
Akan wanita yang wajahnya dibalut cahaya,
Yang juga lambang kegembiraannya.

Mimpi.
Itu hanya mimpi.
Tidak mungkin ia jatuh cinta lagi.
Itu tidak adil.

Dursasana menolak lupa.
Bagaimana watak seorang raja.
Bagaimana rupa seorang ksatria.
Berdarah untuk mimpi, untuk kami.

Mereka yang berdiri di ujung senja,
Tak akan melupakan pahitnya sebuah zaman.
Berdiri angkuh menantang waktu,
Mengabadikan momen yang akan hilang terbawa arus.

Dursasana mengangguk pelan.
Ia berdecak, dan menutup kedua matanya.
"Untuk siapa kamu hidup?" tanyanya dalam hati.
"Kenapa kamu hidup?"

Dursasana membuka matanya.
Ia mereka ulang semua cerita,
Meninggalkannya tanpa suara,
Tanpa pertanyaan, tanpa jawaban.

Inilah air mata Dursasana,
Yang mencoba menembus batas namun tak bisa,
Yang ingin terus terjaga dari alam bawah sadarnya.
Dursasana yang berhasil lepas dari kebencian.

No comments:

Post a Comment