Friday, March 11, 2016

Sudrata.

Tidak pernah kutemukan pria sekejam Sudrata.
Pria tak berwatak,
Tak beridentitas,
Dan haus darah.

Ia gali liang lahat ayah kandungnya dan menghancurkan tulang belulangnya.
Ia paksa ibu kandungnya untuk tunduk pada perintahnya.
Ia potong lidah adik-adiknya agar mereka tak lagi bicara.
Ia gagahi puluhan wanita untuk memuaskan hasratnya.

Sudrata kerap melakukan pembunuhan.
Menggunakan belati yang berbeda-beda pada setiap korbannya,
Ia mengoyak tubuh mereka bagai harimau yang kelaparan,
Dan menimbun mayat mereka di bawah pohon favoritnya.

Ia bilang,
Ia melakukan hal itu dengan mengatasnamakan cinta.
Dan ia memintaku,
Untuk tidak menyalahartikan sikapnya tersebut.
  
Sudrata meremehkan masa depannya.
Ia menolak untuk mempercayai takdirnya.
Ia sadar,
Bahwa ia adalah sebuah senjata pemusnah massal.

Sudrata tersenyum simpul.
Ia menolak untuk menatap wajahku,
Dan berjalan pergi meninggalkanku,
Tanpa memedulikan rasa takutku.

Sudrata tahu.
 Ia sengaja meninggalkanku yang tengah beradu kuat dengan perasaanku.
Karena suatu hari nanti,
Aku yang akan menggantikan nyawa dan kepemimpinannya.

No comments:

Post a Comment