Wednesday, March 9, 2016

Sayaka.

Mulutnya adalah busur panah,
Dan tiap kata yang keluar dari mulutnya adalah anak panah.
Sebuah kombinasi sempurna,
Sesuai namanya.
Tiap kata yang ia ucap menyerang dengan gila,
Hingga aku tak bisa menghindar.
Tidak, aku tidak akan menghindar,
Karena aku adalah korban atas bahagiannya.
Dengan mata terbuka lebar menantang dunia,
 Sayaka membidik jantungku.
Dengan tenang, ia bicara dengan lantang.
Dan ucapannya berhasil menembus jantungku.
 Ia memandangku yang tak berdaya tanpa suara.
Mata liarnya tak berkedip,
Tanpa belas kasihan, ia menarikku lenganku,
Dan memaksaku berdiri.
Kami bertatapan.
Lagi-lagi, ia menanarkan aku yang memandangnya penuh dosa.
 Senyum buayanya membuatku mendesah pelan.
Dalam tiga detik, ia berhasil membuat duniaku hancur.
 Jemarinya menyentuh tanganku,
Dan bibirnya menyentuh punggung tanganku tanpa suara.
Secara tiba-tiba, ia tersenyum simpul menatapku,
Dan membelai rambut hitamku dengan penuh kasih.
Semudah itukah ia hidup?
Betapa sabar dan baiknya aku ini.
Kenapa aku tidak pergi saja dari sini?
Percuma, karena laki-laki seperti Sayaka akan terus menertawakan dunia.

No comments:

Post a Comment