Sunday, November 22, 2020

Sadino's Monologue #24


El, bagaimana kabar Dove? Apakah dia sehat? Apakah dia baik-baik saja? 

Entah apa alasannya, aku rindu Dove-ku yang rapuh, El. Aku penasaran, apakah Dove bisa mengatur hidupnya setelah dia memutuskan untuk menghilang? 

Aku hanya bisa mendengus ketika mendengar namanya, El. Aku terlalu peduli, padahal sayap anak itu hanya patah sebelah. 

Aku selalu menganggapnya seperti anak kecil, El. Tapi, anggapan itu didasari dengan apa yang aku lihat. Dia memang seperti itu, polos, tanpa memedulikan masa depan yang akan menghantamnya tanpa aba-aba. 

Perkenalan kami singkat. Aku tidak pernah menyangka bahwa kami punya koneksi yangsejujurnyacukup menyebalkan. Tapi, aku tidak menyangkalnya dan aku menghargainya. 

Aku hanya membantu di saat dadanya terus penuh akan hal-hal yang tak kasat mata. Aku hanya membimbingnya untuk menemukan jawaban atas kekalutan yang telah lama menggumpal. 

Tidak mudah untuk berbincang dengan orang seperti Dove. Dia kerap memperpanjang masalahnya dan menutup diri dari dunia yang memberinya banyak cobaan. Dove memilih untuk menelantarkan pikirannya yang pada akhirnya, menggerogoti tubuhnya pelan-pelan. 

Isi kepalanya butuh kesegaran, El. Aku hanya memberinya relaksasi dalam bentuk kalimat. Semacam, penetrasi menuju tahap yang lebih sulit, tapi dengan mempermudah perilaku otak untuk memberikan respons yang nyaman. 

Sulit memang, mengubah cara berpikir manusia. Manusia akan berubah dengan sendirinya, dan aku percaya pendorongnya bisa berupa apa pun, mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal yang sukar untuk diyakini. 

Dove butuh pengorbanan untuk itu. Aku memperlihatkan kesukaran itu. Untungnya, dia mengerti dan memutuskan untuk berjalan menyusuri semak belukar yang tumbuh liar di kepalanya. 

Aku lega Dove mampu mengamini sebuah proses. Aku bersyukur Dove mau mendengar suara-suara yang menghancurkan dirinya. 

Satu hal, Dove boleh tinggal di negeri dongeng. Tapi, bukan dongeng seperti di film-film klasik Disney, tapi dongeng yang ditulis oleh Brothers Grimm. 

Aku harap, Dove lebih mendengarkan isi hatinya, El. Aku harap, dia mau mematahkan keinginannya untuk membuat orang lain nyaman di dalam pelukannya. Aku harap, Dove berhenti meratapi apa yang telah dia perbuat selama ini. 

Kamu benar, El. Aku tidak merindukannya. Aku hanya khawatir dengan keadaannya. Aku adalah burung gagak yang takut melihat merpatiku terbang menjauh.

No comments:

Post a Comment